Search

Kembangkan Bisnis Sayur Organik Hingga Tembus Supermarket - Tribun Jogja

Laporan Reporter Tribun Jogja, Arfiansyah Panji Purnandaru


TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Hamparan luas lahan perkebunan terbentang di Dusun Balangan, Wukirsari, Cangkringan, Sleman, Selasa (20/2). Berbagai sayur mayur tampak memadati tiap jengkal lahan nan subur tersebut.

Istimewanya, tidak hanya sekedar pemanfaatan lahan secara efisien saja, berbagai jenis sayuran tersebut ditanam secara organik. Artinya sayuran yang ditanam tumbuh tanpa menggunakan pupuk kimia.

Tercatat ada sekitar 34 jenis sayur mayur ditanam di lokasi tersebut. Mulai dari tomat, kangkung, brokoli, dan lain sebagainya.

Yuli Dyah Sihanti, Manajer Tani Organik Merapi (TOM) tempat tersebut bernama, menjelaskan awal mula ide pertanian tersebut tercetus dari sang pemilik yaitu Untung Wijanarko dan Sugiyanto. Keduanya merasa prihatin dengan banyaknya masyarakat mengonsumsi sayur non organik.

Baca: Program Gandeng Gendong Integrasikan Kampung Sayur dengan Kampung Hijau di Kota Yogyakarta

"Luas dua hektare dan mengajak petani sekitar untuk jadi menjadi mitra," jelas Yuli.

"Tujuannya melesatarikan lingkungan dan tetap sehat masyarakat mengonsumsi yang organik untuk mejaga kesehatan," timpalnya.

Yulu mengisahkan, TOM sendir mulai berdiri sejak tahun 2008 lalu. Awalnya, sang pemilik hanya menanam selada secara organik dan disuplai ke berbagai rumah makan.

Lambat laun usah tersebut ternyata berkembang hingga lahan yang dulunya satu hektare meluas menjadi dua hektare. Pun dengan jenis sayuran yang semakin beragam untuk memenuhi kebutuhan pasar.

Kini tak sekedar rumah makan, sayur-sayur yang dihasilkan pun disuplai ke total 18 sipermarket yang ada di pulau Jawa.

"Mereka (masyarakat) juga antusias (mengonsumsi sayur organik). Omzet jadi semakin meningkat," cetusnya

"Untung juga lumayan, kita dapat mengangkat petani karena membeli sayuran dari petani juga," timpalnya.

Omzet yang dihasilakn pun cukup besar. Saat sedang sepi Rp150 juta per bulan tetap masuk kantog. Sementara saat sedang ramai omzet bahkan mencapai Rp200 juta per bulan.

Selain menjadi usaha yang mengahsilkan, usaha pertanian tersebut juga dapat mengangkat penghasilan petani yang bermitra. Selain itu ada 17 pegawai tetap yang bekerja di situ. Mereka bertugas di bagian droping, pengepakan, dan lain sebagainya.

Tantangan Hama

Yuli menjelaskan tantangan yang paling besar baginya adalah hama. Hal tersebut lebih susah diatasi karena pembrantasan hama dilakukan secara manual tanpa bantuan obat.

"Selama ini kita belum bisa mencukupi 100 persen (permintaan pasar) hanya 80 persen," bebernya.

"Pola tanam manual juga jadi ada yang gagal juga biasanya. Kita bikin empat blok biar mudah. Rencana ada pengembangan lahan," katanya.

Di tempat tersebut juga dijual bibit tanaman dengan  harga sekitar Rp5 ribu sampai Rp15 ribu.

Menjadi Tempat Belajar

Lahan pertanian TOM pun juga kerap dijadikan tepat magang dan praktik berbagai sekolah hingga perguruan tinggi di Jawa.

"Itu TOM juga untuk magang dan PKL semua universitas do Jawa, Bengkulu dll," sebutnya.

"Kita juga sebagai tempta wisata ada agro wisata tamu-tamu juga sering ke sini untuk (bekal) menjelang pensiun pelatihan di sini," ceritanya.

Yumna Anisa (20) mahasiswi dari Institut Pertanian Bogor (IPB) menjelaskan ia telah 15 hari praktik lapangan di TOM. Oa tertarik praktuk dibsini karena mendengar informasi tentang sayuran organik

"Menyenagkan (di sini) kalau di kota nggak pernah nanam-nanam, di sini langsung diajari perskapan lahan sampainke panen, pemasaran, juga pengemasan," jelasnya.

"Menurut saya sayuran organik bagus karena kima berbahaya, tapi harga (sayuran organik) memang masih tinggi," pungkasnya. (app)

Let's block ads! (Why?)


Baca Kelanjutan Kembangkan Bisnis Sayur Organik Hingga Tembus Supermarket - Tribun Jogja : http://ift.tt/2EFOkLQ

Bagikan Berita Ini

Related Posts :

0 Response to "Kembangkan Bisnis Sayur Organik Hingga Tembus Supermarket - Tribun Jogja"

Post a Comment

Powered by Blogger.