Tahun 50-an, Kebun Sayur diistilahkan sudah menjadi beranda rumah kota Balikpapan. Warga pendatang dari berbagai etnis, tumplek blek mengadu nasib di kawasan berbatasan langsung dengan kilang–kilang minyak Pertamina Balikpapan.
Bertambahnya umur zaman, Pasar Kebun Sayur makin berkembang pesat dengan sendirinya. Banyak warga pendatang, mereka kebanyakan adalah orang buangan dari Jawa dan Sulawesi pada zamannya kompeni, turut dalam pengembangan pasar ini.
Sekarang ini, kondisinya jauh sudah berubah. Lima kali terbakar pada 1974, 1984, 2003, 2008 dan terakhir 2015, Pasar Kebun Sayur tetap teguh berdiri. Keberadaannya semakin menggeliat dengan keunikannya sendiri ragam cenderamata serta aksesoris asli Kalimantan.
Kebun Sayur terletak pesisir pantai utara berjarak 30 menit dari pusat kota Balikpapan. Kawasan ini sekarang merupakan kota lama yang tidak berkurang daya tariknya. Semua kerajinan lokal ada disini dari beragam jenis batu berharga seperti akik, kecubung, safir, intan hingga kain tenunan kain wangi sarung Samarinda.
Uniknya lagi peminatnya menyebar ke seluruh golongan dan kelas ekonomi bawah hingga atas. Ada suatu daya pikat tersendiri sehingga pendatang luar Balikpapan selalu menanyakan lokasi pasar kuno ini.
Ketertarikan para pengunjung Kebun Sayur beragam, tergantung isi dompet dan batasan limit kartu kredit. Mereka yang berkocek tebal tentunya memilih koleksi warna–warni batu gemerlap dari galian perut bumi Martapura Banjarmasin.
Banyak corak dan warna ditawarkan seperti hitam, biru, hijau dan merah tergantung isi kantong. Jangan kaget, karenanya harganya cukup bervariasi, berkisar puluhan ribu hingga ratusan juta rupiah.
Sekadar oleh–oleh khas Kalimantan untuk orang di rumah juga ada. Berlembar kain tenunan tangan Samarinda dengan corak baju adat suku Dayak, cuma bisa ditemukan di Kebun Sayur. Bentuknya sudah berbentuk sarung, baju, atau berupa kain utuh untuk dijahit sesuai model diinginkan.
Kualitasnya tidak kalah dibandingkan kain batik suku Jawa. Sepintas terkesan mengadopsi teknik tenunan batik Jawa, hanya bedanya motif serta corak kain disesuaikan dengan selera warga pedalaman yang cenderung berani.
Belum lagi bermacam pernik aksesoris yang terbuat dari kerajinan rotan dan bambu. Sekedar aksesoris gelang, kalung, pedang mandau, gantungan kunci, keranjang baju, patung hingga lampit tikar khas suku Banjar, seluruhnya didatangkan dari pengrajin Banjarmasin dan Samarinda. Telisik lebih dalam, bahan dasar rotan dan batu mendominasi setiap aksesoris menjadi andalan Kebun Sayur.
Menengok kebelakang sejarah berdirinya, Kebun Sayur sudah puluhan tahun menjadi sumber pencarian warga setempat. Jangan heran bila pedagang yang kebanyakan berasal dari suku Bugis Makassar, hiruk-pikuk dalam menawarkan barangnya.
Ambil contoh Anna, dengan gigih perempuan belia ini memburu setiap pengunjung yang sekedar melihat–lihat. Sekali saja pengunjung menawar, tidak pelak transaksi jual beli kemungkinan besar sudah terjadi.
Pada masanya, pasar tradisional sempat pula mengalami bencana dahsyat. Kebakaran hebat 1974 dan 1984 telah meratakan seluruh kios–kios milik pedagang, hingga almarhum Wali Kota Balikpapan Syarifuddin Yoes menyulapnya menjadi pusat perbelanjaan modern pertama di Kota Beriman.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Pembebasan lahan Tol Balikpapan Samarinda direncanakan rampung pada akhir 2018.
Baca Kelanjutan Berburu Pedang Mandau Kalimantan di Kebun Sayur Balikpapan - Liputan6.com : https://ift.tt/2qZ5Ntc
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Berburu Pedang Mandau Kalimantan di Kebun Sayur Balikpapan - Liputan6.com"
Post a Comment