MANADO—Tekanan inflasi bulanan kembali berada di level cukup tinggi. Setelah Mei mencatatkan deflasi -1,13 persen, inflasi Sulut di Juni terkerek pada angka 1,15 persen.
Lagi-lagi, komoditas tomat sayur dengan sumbangsih sebesar 0,39 persen. “Dari tahun kalendernya mencapai 2,49 persen. Sementara year on year (yoy) telah mencapai 3,59 persen. Hampir mendekati batas ambang lima persen,” ungkap Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sulut Mohamad Edy Machmud.
Dari kelompok pengeluaran, lanjut Machmud, ada tujuh kelompok yang mengalami peningkatan. Didominasi kelompok bahan makanan, disusul transportasi, serta komunikasi dan jasa keuangan.
Menurutnya, momen Idul Fitri membuat orang lebih konsumtif ketimbang bulan biasa. Begitu juga permintaan tiket angkutan udara. Ada pula tekanan dari kelompok perumahan, tarif dasar listrik, air, gas, dan bahan bakar. “Tapi tidak signifikan,” urainya.
Kepala Bidang Statistik Distribusi BPS Sulut Marthedy Tenggehi menambahkan, tingginya curah hujan menyebabkan kurangnya suplai tomat sayur dalam memenuhi permintaan Idul Fitri dan konsumsi sehari-hari. “Permintaan banyak tapi tak disertai suplai, wajar kalau mendorong tingkat inflasi. Komoditas ini pun tidak tahan lama,” tukas Tenggehi.
Khusus untuk kelompok bahan makanan selain tomat sayur, kata dia, juga patut mendapat perhatian. Seperti beras dan bumbu-bumbuan.
Dia menyarankan, TPID dan Bank Indonesia harus menutup cepat lonjakan permintaan di pasar. Sehingga komoditas pemicu tidak terlalu lama berdampak pada inflasi di tutup kalender berjalan nanti.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Sulut Soekowardojo melalui Deputi Direktur Buwono Budisantoso menyatakan, realisasi inflasi bulan ini melebihi prediksi BI. Karena cenderung di atas rata-rata tren Bulan Ramadan. Proyeksi sebelumnya 0,7 persen (mtm). Dan di atas realisasi inflasi nasional sebesar 0,69 persen mtm.
Menurutnya, secara spasial di Pulau Sulawesi, inflasi tertinggi terjadi di Kendari sebesar 3,58 persen (mtm). Manado berada di urutan ke-8 tertinggi dari 11 kota di Pulau Sulawesi,” urainya.
Komoditas tomat sayur yang kembali menjadi aktor utama inflasi Juni terkatrol, Buwono menilai, tingginya curah hujan mengganggu produktivitas tomat sayur. Berpapasan dengan momen Lebaran yang membuat permintaan meningkat.
“Durabilitas tomat yang tak tahan, bertemu dengan permintaan yang naik,” imbuhnya. Upaya menekan permintaan dengan menambah suplai dari provinsi tetangga. Juga mempercepat hilirisasi.
BI bersama Bulog, kata Buwono, ikut mengintervensi harga jual di pasaran. “Supaya tidak bertengger lama kenaikan harganya,” tandas Buwono, sembari menuturkan, hal serupa dilakukan juga pada komoditas tomat.(tr-03/har)
Baca Kelanjutan Tomat Sayur Dorong Inflasi - Manado Post online : http://ift.tt/2uFmJoG
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Tomat Sayur Dorong Inflasi - Manado Post online"
Post a Comment